Harian lain yang saya kirimi surat tanpa tanda

Kemudian saya ketahui, hari itu terjadi apa yang di- namakan Peristiwa 17 Oktober yakni usaha kudeta Angkatan Darat terhadap Presiden Soekarno.

Moncong beberapa pucuk meriam dihadapkan ke Istana Merdeka, tempat kediaman Kepala Negara.

Akibat percobaan kudeta yang gagal itu, beberapa ruas jalan raya macet.

Perjalanan dengan kendaraan tak bisa dilanjutkan.

Saya takut terlambat.

Saya ambil putusan, jalan kaki bergegas ke pelabuhan tempat testing itu.

Sekitar empat kilometer jaraknya berjalan di bawah terik matahari pagi.

Dada saya terasa sesak, napas terengah-engah.

Tak sampai 10 menit setelah tiba di tempat testing, saya dipanggil dokter Diperiksa ini, periksa itu.

Waktu giliran pada dada saya, dokter Belanda itu geleng- geleng kepala.

Dinyatakannya saya menderita penyakit jan- tung, tidak layak menjadi pelaut.

Saya dinyatakan afgekuur alilas tidak lulus tes.

Dada saya terasa sesak, napas terengah-engah

Maka gagallah saya ke Negeri Belanda Saya sebenarnya yakin, bahwa penyakit itu cuma akibat ngos-ngosan jalan kaki.Ternyata sampai kini saya tidak pernah sakit jantung SURAT KALENG DI HARIAN "PEDOMAN" SEKITAR tahun 1951 di Jakarta, Ahmad Buchari-tokoh pemuda Islam, sekaligus Wakil Ketua GPII (Gerakan Pemuda slam Indonesia yang berasal dari Ampat Angkat Candung ttinggi)-memperlihatkan kepada saya sebuah buku kecil 97 leberapa Pengalaman Lapangan njang-panjang sinya, kurang satu halaman.

Di bawah: tertanda "Rakyat Berjuang" Setelah diketik rapi, disalin ke sheet, lalu distensil sekitar 50 helai saja.

Kemudian satu per satu dimasukkan ke dalam amplop untuk diposkan ke alamat-alamat tertentu.

Namun, Buchari menyuruh saya untuk alamat-alamat penting di Jakarta harus diantar sendiri seperti ke kantor Jaksa Agung dan surat-surat kabar Saya naik trem ke Kejaksaan Agung.

Surat itu saya masukkan ke dalam kotak surat depan kantornya di Lapangarn Banteng Selatan, sebelah kanan gedung Departemen Ke- uangan.

Saya berlagak seorang loper (pengantar surat), pakai celana pendek.

Begitupun ke surat surat kabar, di antaranya ke Harian Pedoman Jalan Pintu Air No.

23, dekat bioskop Astoria.

Surat kabar yang dipimpin H.

Rosihan Anwar ini satu kantor dengan surat kabar Belanda Nieuusgier Lalu pergi ke surat kabar Keng Po pimpinan Injo Beng Goat, Abadi pimpinan Soeardi Tasrif, dan Pemandangan pimpinan S.M.

Harian lain yang saya kirimi surat tanpa tanda 

Entah terdorong apa, pada terbitan Pedoman hari esoknya surat tersebut dimuat penuh, tanpa ditambah dan dikurangi sehuruf pun.

Barangkali pagi itu Jaksa Agung pun menerimanya di samping yang dimuat dalam rubrik "Surat Pembaca" harian tersebut.

Harian lain yang saya kirimi surat tanpa tanda tangan pengirim itu alias surat kaleng, tidak memuat.

ingat dengan musibah yang menimpa Pedoman.

Sedan bosnya Dodge nomor polisi B-18500, dicuri orang.

Beberapa hari kemudian mobil tersebut ditemukan di Kampung Johar Salemba Tengah.

Untuk penemunya hadiah langganan gratis Pedoman seumur hidup Cepat! Besok lusanya lagi, keluar keputusan Jaksa Agung ng melarang peredaran buku Aidit itu.

Barang siapa memi iki, supaya menyerahkan kepada pihak berwajib.

Yang saya kenal di Kejaksaan Agung, Jaksa Agung Muda A.

Comments

Popular posts from this blog

Aqiqah Bandung Timur : MUFFIN ADALAH CARA KHUSUS UNTUK MENIKMATI BLUEBERRIES

1000 lebih daftar wisata di indonesia yang sering di kunjungi oleh turis